Rabu, 15 Disember 2010

Antara Orang tua dan cinta..???


Bismillahirrahmanirrahim ...
Bagaimana untuk kita menyikapi orang tua dan anak yang tidak sependapat dalam hal jodoh? Atau masalah cinta yang terbentengi restu orang tua. Memang agak susah memilihnya, ketika cinta sudah berbicara. Tetapi perlu kita ingat, bahawa, bakti pada orang tua pun perlu difikirkan. Ketika kita  memilih orang tua, kita perlu untuk mengorbankan cinta. Hal ini lah yang membuat kebimbangan tersendiri. Rasa sakit kehilangan cinta atau rasa bimbang atas dosa ingkar terhadap orang tua? Kebanyakan dari kita memang akan memperjuangkan cinta mati-mati an terhadap orang tua. Namun, yang banyak terlupa adalah alasan orang tua yang melarang hubungan tersebut. Maka di sinilah syariat yang berkaitan antara cinta pada yang bukan mahram sebelum perkahwinan di bandingkan dengan cinta orang tua kepada kita.

Biasanya cinta yang yang di bela mati-matian itu berkaitan dengan "couple", kerana antara kau dan si dia telah mengalami hubungan khusus yang meningkatkan kadar hubungan itu sendiri dengan "Cinta Mati. Namun di sinilah letak nya kematian hati juga terimbangi. Mata telah di butakan dengan cinta dan orang tua yang biasanya mengetahuimu sejak kecil dilupakan begitu saja.Orang tua sangat tahu apa kekuranganmu dan apa kelebihanmu. Mungkin saja dari "couple" itu orang tua tahu, perubahan-perubahan yang kau alami sehingga orang tuamu enggan untuk merestuimu. Kalau kau masih menginginkan tetap menuntut keinganmu bersamanya, tentu kau harus tau alasan orang tuamu mengenai ini. Bila alasan orang tuamu kerana ada kecenderungan terhadap pangkat, harta, keturunan atau yang tidak berkaitan dengan agama, kau berhak menolak dan tetap dengan pendirianmu. Namun jika alasan orang tuamu jelas seperti laki-laki yang akan menjadi imammu kelak sudah sering mengajakmu berduaan, berjalan berdua, berpegangan tangan, dan lain-lain yang berkaitan "couple", maka kau wajib mengikuti orang tua mu, karena laki-laki itu sudah mengajak jauh dari agama sebelum menikahimu, secara logik pun mungkin orang tua mu takut dia tidak mampu menjadi imam yang baik untukmu.

Di sini lah fungsi syariat iaitu Ta'aruf. Dalam ta'aruf tak akan ada pihak yang di rugikan. Bila kau menolak, orang tua mu pun tak akan memaksa. Bila orang tua mu menolak, sepertinya tak akan menjadi masalah kerana kau pun hanya tahu dia sebatas saat ta'aruf. Kalau pun saat ta'aruf timbul cinta dan orang tua tak merestui, kembali lagi kita lihat alasan syari yang orang tuamu kemukakan. Jika tidak, kau boleh mempertahankan, namun sering kali cinta itu akan segera hilang apabila kau benar-benar menemukan cinta sejatimu saat orang tuamu merestui.

Namun jika berlaku sebaliknya, jika orang tua mu memaksakan kehendak mereka terhadap seseorang lewat ta'aruf, sedangkan kau tidak menyukainya. Bila dia lelaki yang baik dan tidak ada alasan syar'i kau menolaknya, maka tak ada salahnya, kerana perkahwinan juga ibadah membahagiakan orang tua. Tidak ada yang tahu kalau setelah menikah boleh saja kita jatuh cinta terhadapnya. Kerana berkaitan tugasmu terhadap suami kelak, kerana segala sesuatu yang di perintahkan suami asalkan tidak menyebabkan ingkar terhadap islam, maka itu yang akan menjadi pintu menuju syurgaNya bagimu.

Orang tua kita lebih mengetahui kita dari pada kita sendiri. Cuba bersikap bijak terhadap keinginan orang tua kita, apalagi yang menyangkut hati kita. Bersikaplah koperatif, jikalah yang di kemukakan orang tua kita itu benar adanya, jangan keegoisan yang kita dahulukan berbanding akal sihat kita yang boleh membuat kita ingkar atau bahkan derhaka terhadap orang tua kita.
"Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan." (QS. Al-Isra ': 24)

Wallahu'alam bi shawwab.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan