Jumaat, 16 April 2010

Bencilah kerana Allah, Cintailah kerana Allah.

Suatu petang di bulan ramadhan, seorang pemuda penjual sate sibuk melayani pembeli yang cukup banyak. Untuk itu, ia meminta keluarganya untuk membantunya, termasuk ayahnya. Mereka kemudian sibuk melayani pembeli yang beratur panjang. Sementara si pemuda sendiri pulang untuk membeli plastik dan sate ayam di rumah.

Setelah pembeli berkurang dan adzan Maghrib berkumandang, sang ayah menghampirinya dan mengatakan kalau kotak uwang penjualan hari itu telah hilang, diambil orang. Sebagai ganti rugi, sang ayah bersedia bekerja selama Ramadhan walaupun tidak digaji.


Seminggu kemudian, menjelang Maghrib seorang pemuda memesan sate ayam. Ayahnya lansung melayaninya. Orang itu dilayani dengan istimewa, sehingga si pemuda merasa hairan dengan perlakuan bapaknya kepada pembeli itu.


Selesai itu, dia bertanya, " Ayah, siapa kah dia? Kenapa ayah melayani dengan sangat istimewa?. Apa dia adalah orang yang sangat istimewa?" tanyanya kehairanan.


" Bukan. Dia adalah orang yang mengambil kotak uwangmu tempoh hari", jawab ayahya. Mendengar jawaban itu, darahnya terasa seperti mendidih, ingin meluapkan kebenciannya pada orang itu.


Tapi ayahnya mencegahnya dengan mengatakan. " Jangan kamu luapkan amarahmu. Dia adalah guru sejatimu sebab dari dialah, dirimu dapat belajar mengubah bencimu menjadi cinta".


Benci dan cinta adalah dua hal yang berlawanan, namun dua hal itu bisa saja saling bertukar tempat. Tergantung keadaan yang mempengaruhinya. Ada yang mulanya kita benci lalu jadi cinta. Namun juga ada yang awalnya kita cinta atau bahkan sangat sayang, tapi kemudian memusuhinya, setelah tahu cela dan kekurangannya. Maka sederhanakanlah keduanya dan berlaku adillah. Benci yang berlebihan akan menimbulkan gelap mata. Sedang cinta berlebihan akan mengakibatkan kekecewaan.


Bencilah kerana Allah, Cintailah kerana Allah.


(Sultan Hadi) ~Tarbawi~

Wasiat Imam Syafi'i

Enam Wasiat Imam Syafi'i

Pertama, barang siapa mempelajari Al-Qur'an, maka mulia nilai dirinya.
Kedua, barang siapa bericara tentang fiqih, maka akan berkembang kemampuannya.
Ketiga, barang siapa menulis hadis, maka akan kuat hujjahnya.
Keempat, barang siapa mengkaji bahasa, maka akan lembut tabiatnya.
Kelima, barang siapa mengkaji ilmu menghitung, maka akan sihat fikirannya.
Keenam, barang siapa tidak menjaga jiwanya, maka ilmunya tidak akan berguna baginya.

Isnin, 5 April 2010

Manfaat sujud


Gerakan solat, ternyata memiliki keajaiban. Termasuk saat sujud yang bermakna menundukkan diri serendah-rendahnya di hadapan Allah SWT. Dari segi ruhiyah, sujud membawa manusia agar bersikap tawadhu' dan rendah diri, memasrahkan diri sepenuhnya hanya kepada Allah. Dari sudut pandangan ilmu mengenai kekebalan tubuh dari sudut pandangan psikologi sujud memiliki manfaat yang sangat besar.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Prof Sholeh yang telah diterima Universiti Harvard, AS. Sujud mengantarkan kita pada derajat yang tinggi. Asalnya dengan melakukan sujud secara rutin, pembuluh darah di otak terlatih untuk menerima banyak aliran darah.
Pada saat sujud, posisi jantung berada di atas kepala yang memungkinkan darah mengalir maksimal ke otak. Itu ertinya, otak mendapatkan masukan darah kaya oksigen yang memacu kerja selnya.
Selain itu, ada sel dalam otak yang tak kan dapat dialiri darah kecuali hanya dengan melakukan sujud dengan kata lain, sujud yang tuma'ninah dan continue dapat memacu kecerdasan. Seorang doktor dari AS pun mengakui dan telah masuk islam setelah melakukan penelitian dan pengembangan mengenai sujud.